Senin, 21 November 2016

Bad words

Copas dari grup Parenting Bersama Elly Risman n fam :

Memahami mengapa anak menggunakan “Bad words” &  bagaimana mengatasinya .

“Tuing!...” denting hape saya menandakan ada pesan masuk.
Saya kerling : nama Firdaus muncul di layar. Firdaus adalah Kepala Divisi Anak dan Remaja (DIAR) di YKBH. Sebagai pimpinan Divisi Firdaus mempunyai kewajiban untuk melaporkan bukan saja rencana kegiatan DIAR pekan atau bulan ini tapi juga dengan cepat memberitahu saya tentang berbagai temuan lapangan, terutama yang  genting genting. Biasanya, laporan temuan lapangan ini perlu segera ditidak lanjuti.

DIAR adalah bagian dari YKBH yang sangat saya syukuri dan banggakan kehadiran dan kerja kerasnya. Sejak berdirinya 14 tahun yang lalu,membuat YKBH memiliki data mingguan tentang perkembangan pengetahuan dan kelakuan anak anak sehubungan dengan perilaku pubertas mereka dan juga hal hal yang berkaitan dengan pornografi. Luar biasa perannya dalam advokasi yang kami lakukan  untuk  membangun awareness tentang  kerusakan otak akibat pornografi  baik kelembaga Legislatif termasuk ketika  berjuang mengesahkan UU Pornografi  dan mempertahankannya di Mahkamah Konstitusi, di Kementrian dan Lembaga, sekolah, masyarakat luas, juga   ketika memperkenalkan apa yang sudah kita kerjakan sebagai bangsa dalam sidang PBB di Wina  serta saat YKBH  menerima penghargaan di Amerika.

Jadi beberapa hari yang lalu, pesan yang dikirim Firdaus adalah tentang keluhan berbagai fihak, kepala sekolah, orang tua, pimpinan lembaga tentang semakin meningkatnya penggunaan “bad words” dikalangan anak anak. Bila dulu kata kata seperti ini diucakan dengan mudah oleh anak anak SMA atau SMP, beberapa tahun yang lalu oleh anak SD kelas tinggi, kini jadi bahasa harian anak  SD kelas rendah : murid kelas 2-3! .  

Masalah utamanya adalah fenomena ini bukan hanya terjadi di sekolah di wilayah JABODETABEK  saja,  tetapi juga di berbagai kota yang belakangan ini dikunjungi oleh tim DIAR  karena kerjasama kami dengan Telkomsel untuk mensosialisasikan program Internet Baik . Saat tulisan ini saya buat, Tim kami baru take of menuju Manokwari.

Kapan Bad Words digunakan?

Umumnya ketika anak kesal dengan temannya. Tetapi karena sebagian anak merasa mampu mengeluarkan dan menggunakan kata ini kesannya “Keren”, maka  mereka mengucapkannya dalam berbagai situasi, keluar otomatis, begitu saja.

Apa saja Bad words yang paling populer ?

Saya minta maaf untuk menuliskan ini, tetapi agar ayah bunda tidak merasa aman dan menganggap anaknya tidak tahu  kemudian agar ayah bunda mulai  mewaspadai anak anaknya. Kata kata yang paling digunakan anak untuk mengekspresikan perasaannya adal “WTF”( What The Fu**k), fu**k, Anj**ng.mony**t, ba*i,. dll
Istilah vulgar yg sangat enteng keluar begitu saja dari mulut mereka adalah : nge***t, kon***, dan berbagai cara orang menyebutkan organ kelamin manusia. Hadeuh !!!

Dari mana sumbernya? .

Menarik sekali pengamatan dan pemantauan yang dilakukan oleh guru dari berbagai sekolah yang sudah biasa bekerjasama dengan DIAR. Mereka sudah mulai membangun cara komunikasi yang nyaman dengan murid muridnya untuk mengetahui perasaan mereka dan bekerjasama untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Menurut guru ini anak anak ini mendapatkan semua bad words tersebut selain dari teman adalah dari  beberapa jenis komik tertentu dan umumnya dari vlog youtubers dan social media.
Entah bagaimanalah kontrol penggunaan gadget  dirumah, sehingga anak anak belia ini  telah menjadi followers dari beberapa youtubers dan tokoh sosmed yang biasa bicara kasar dan menunjukkan bahwa mampu melakukan hal seperti itu jadi :”keren”. Kami telah mengantongi beberapa nama ‘tokoh – tokoh’ tersebut dari pernyataan anak dan laporan guru.

Jadi bagaimana ?

Izinkan saya mengusulkan beberapa langkah  yang  saya harapkan bisa digunakan baik  oleh orang tua maupun guru.

1. Kita harus menyelesaikan dengan bijak dan baik kebiasaan buruk yang mulai merasuki anak kita, karena pertanggungan jawab kita pada Allah untuk menghasilkan anak yang berbudi dan beradab.

2. Mulailah dengan tidak  berburuk sangka, bahwa anak kita telah
melakukannya walaupun mungkin sudah .

3. Tolong sadari dulu, bahwa belum tentu anak mengerti apa yang diucapkannya . Mereka melakukannya umumnya karena meniru dan supaya tidak berbeda dengan temannya .

4. Kita harus berusaha menciptakan suatu situasi yang kelihatannya tidak sengaja untuk membicarakan ini dengan anak, padahal sudah disiapkan dengan rinci.

5. Gunakalah bahasa yang mudah dimengerti, termasuk untuk menjelaskan istilah dan  gunakan kalimat yang pendek pendek serta banyak kalimat bertanya .

6. Siapan peralatan berupa dua buah gelas, container  yang bening atau baskom kecil, air putih dua botol  atau di teko kurang lebih 1000 ml, dan cairan kopi agak kental setengah gelas.

7. Berlatih  untuk menyampaikannya sehingga kelihatannya tidak serius sekali, tapi santai bak mendongeng.

8. Bercakaplah dengan nada yang rendah dan rileks, tapi fokus. Matikan hape dan minta bila ada, saudaranya di tangani dulu oleh orang lain – jadi tidak ada gangguan.

Hal hal yang harus kita ketahui lebih dahulu .

1. Kita harus pandai menyidik, kata kata buruk apa saja yang pernah didengar anak.

2. Harus dibedakan antara anak laki laki dan perempuan

3. Dari mana mereka mendengar atau mengetahuinya?

4. Siapa saja diantara teman temannya  yang sudah sering mengucapkan kata kata seperti itu?, sejak kapan?

5. Karena teman temannya sudah biasa menggunakannya, apakah anak juga pernah membalas? apa yang diucapkannya?. Kapan?

6. Sudah berapa kali sejak pertama mengucapkannya?

7. Kata kata apa saja yang sering digunakan anak ?

8. Bahas satu satu apakah anak mengerti atau tidak apa yang dikatakannya. Gunakan kalimat sederhana dan setelah dijelaskan  tanyakan  apakah pantas kata itu kita gunakan .
Misalnya akata Mo***t, Ba*i…itukan binatang
Fu**ck = orang melakukan hubungan suami istri. Pantas tidak kita ucapkan?
Melanggar ketentuan Allah tidak ? Jadi hukumnya apa ?

9. Perlu sekali menggunakan banyak kalimat bertanya, karena untuk mejawab anak harus berfikir dan harus menengok kedalam dirinya sehingga inilah yang penting : menimbulkan kesadaran diri.

10. Cari  tahu dititik mana anak tidak bisa mengontrol dirinya sehingga dia terpaksa mengatakannya .Ini kita sebut sebagai: “Ketrampilan yang hilang”.

11. Bagaimanakah perasaan anak ketika dia mengucpkan kata kata itu?.
Anda bisa menambahkan beberapa hal lain yang ingin anda ketahui.

Apa selanjutnya ?

Pengumpulan informasi diatas  bisa saja dilakukan oleh ibu. Tetapi sebaiknya untuk membahasnya dilakukan oleh kedua orang tua. Kehadiran ayah dalam hal ini amat sangat penting karena ayah selain penentu kebiakan dan aturan dalam keluarga, ayah bisa bicara tegas dan meyakinkan dengan menggunakan kalimat yang lebih pendek, terencana sehingga lebih mudah difahami anak.

1. Mulailah dengan menyampaikan kondisi keluarga kita. Kita keluarga baik baik dan harus bicara baik baik seperti yang di perintahkan Allah : Wa kuulu linnasi husna! : Bicaralah baik baik dengan sesama manusia.
Gunakan kalimat bertanya : kalau Allah sudah memerintahkan kita seperti itu , apakah kita boleh meggunakan bad words ?.
Buat kesimpulan, bahwa dalam keluarga kita (minimal) kita harus bicara baik baik dan berusaha diluar keluarga kita kita tetap memelihara diri untuk bicara dengan baik baik. Menggunakan kata kata seperti yang diperintahkan Allah :Qaulan Kariman : Bicara dengan kata yang baik,mulia, Kaulan Maisuran : Berkata yang mudah dimengerti ,Qaulan layyinan : berkata dengan lemah lembut, dll sambil merujuk ke al Quran: surah dan ayatnya. Biasakan jadikan al Quran sebagai rujukan dan bila perlu ikut mencari dari indeks dan membaca ayatnya dan artinya  langsung.
Bila anda berbeda agama, gunakan cara yang sama dengan kitab suci anda.

2. Role Play : bagaimana kalau temanmu menggunakan bad words ?
Tunggu jawaban. Karena anak harus tahu bagaimana bersikap dalam situasi yang tidak menyenangkan dan dia harus meggunakan ketrampilan dan pengetahuan yang ada dalam dirinya, bukan yang kita ingatkan dalam nasihat. 
Minta anak untuk memikirkan beberapa alternative untuk menjawab dan menyikapi temannya. Misalnya dengan mengatakan:”Maaf ya, aku gak mau ikut ikutan kmu berkata jorok”. “Kalau kamu mau kamu aja, aku nggak ikut ikutan!” dan lainlain.. Biarkan alternatif itu keluar dari anak dan hargai,  bahkan kalau perlu puji : Keren, Hebat , Tuh kan anak ayah bisa !  .

Catatan : Role play sangat penting, karena dua hal :
a. Anak berfikir konkrit, jadi harus dengan contoh
b. Anak perlu memiliki modal ang sudah dibangun, diproduksi didalam dirinya, tinggal digunakan.
Apalagi semua telah di setujui dan diakui kedua orang tuanya .

3. Kini gunakanlah alat peraga, sambil menjelaskan bagaimana terjadinya “wiring”dalam otak anak karena kebiasaan. Setiap kali apa yang kita dengar dan kita lakukan, otak membuat sambungan. Kalau dilakukan berulang ulang maka sambungannya  akan menjadi sangat tebal karena otomatis. Maukah sampai dewasa berkata kotor dan kasar seperti di you tube dan med-sos?
Bagaimana kalau jadi orang tua, pemimpin perusahaan atau pemimpin orang banyak ?

4. Berikutnya ambillah gelas dan isilah ½ dengan air. Lalu ambil cairan kopi dan masukkan setetes.  Tanya kepada anak  mengapa warna air menjadi berubah ? bagaimana kalau dimasukkan setetes lagi dan lagi dan lagi apa yang terjadi ? . Buat  kesamaan dengan otak yang bersih dimasukkan  air yang keruh /kppi dengan otak yang bersih kemasukan kata kata kotor.

5. Seumpama  air yang semakin keruh itu tadi apakah menurut anak  bisa diubah ?

6. Nah sekarang ambillah air yang kotor itu, letakkan diatas container yang kosong. Lalu terus menerus diisi dengan air bersih yan 1000 ml tadi sedikit demi sedikit, sehingga  air yang kotor tumpah ke bawah kedalam container dan air di dalam gelas menjadi semakin bersih.

7. Jelaskan bahwa otak yang kotor bisa dibersihkan bila mau, yaitu dengan terus menerus mengisinya dan menggantikan kata kata  yang kotor dengan kata yang baik : tolong, terima kasih , maaf, dan berbagai kata baik atau kata pujian lainnya.

8. Tanyakan pada anak : mau otak bersih apa kotor?
Mau berusaha atau tidak ?

Motivasi, dukung dan dampingi!.

Berfikirlah positif dan jadilah tauladan, karena contoh atau teladan  bekerja ribuan kali lebih baik dari pada kata kata saja.
 
Selamat berjuang,  yuk kita berusaha melestarikan budaya  bangsa kita seperti yang selama ini kita kenal:bangsa yang berbudi luhur dan beradab tinggi.
Jangan sampai terkikis oleh zaman dan teknologi.

Kuala Lumpur, dini hari 21 November2016.
#Mengasuh generasi digital

Elly Risman

Silahkan share bila dianggap pantas .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar